Sunday, November 20, 2011

Arti Pendidikan Karakter


Seperti terminologi lainnya, tidak ada defenisi tunggal untuk pendidikan karakter. Secara etimologis, karakter berarti watak atau tabiat. Ada juga yang menyamakannya dengan kebiasaan. Selain itu ada yang mengaitkannya dengan keyakinan. Bahkan disamakan dengan akhlak.

Dari pengertian ini, yang jelas karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Karenanya, menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku.

Lalu dimanakah letak karakter dalam diri seseorang? Inipun sulit dijawab. Namun ada “hukum” yang menarik terkait karakter. Kira-kira begini bunyinya: pikiran menghasilkan ucapan; ucapan mempengaruhi tindakan; tindakan menghasilkan kebiasaan; kebiasaan membentuk karakter; karakter menentukan nasib.

Ternyata, hal yang paling mendasar dalam pembentukan karakter itu tiada lain adalah pikiran. Maklumlah, dalam pikiran itulah semua tindakan manusia itu diprogram. Bermula dari pikiran itulah, baik buruknya tindakan manusia berasal. Bilamana pikirannya positif, maka tindakannya positif dan sebaliknya.

Oleh sebab itu, pikiran harus mendapatkan asupan yang baik agar menghasilkan asupan yang baik agar menghasilkan tindakan yang baik. Dalam konteks inilah pendidikan karakter sangat penting guna memberikan asupan yang baik itu. Kenyataannya, secara intrinsik yang namanya pendidikan bertujuan memberikan pikiran-pikiran positif. Jadi kloplah pasangan kata pendidikan dan karakter ini.

Empat Dimensi Pendidikan Karakter

Mencermati konsep dasar pendidikan, karakter yang dikembangkan Kemdiknas, tampaklah di sana empat dimensinya. Empat dimensi pendidikan karakter meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga, dan oleh karsa.

Yang patut dicatat dalam empat dimensi ini adalah keterkaitan di antara mereka satu sama lain dilambangkan dengan empat lingkaran yang saling mengikat. Maknanya, karakter seorang individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi itu tumbuh dan berkembang dalam diri yang bersangkutan.

Tidak sempurna pribadi seseorang jika hanya pintar saja (olah otak). Apa artinya jika kepandaian jika tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, kemanusiaan, dan kesosialan serta kewargaan. Karena itu perlu olah hati.

Tentu saja, selain otak dan hatinya perlu berkembang, manusia juga perlu berkembang raga dan karsanya. Hal demikian agar ia dapat hadir di lingkungan sosialnya. Otak yang pintar dan hati yang lembut, belum sepenuhnya berguna jika belum memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya.

Sedangkan olah raga, diperlukan agar seseorang memiliki keterjagaan fisik. Dengan sehat secara fisik, maka ketiga potensi sebelumnya, otak, hati, dan rasa, dapat dimanfaatkan secara optimal. Bayangkan, jika seseorang yang pintar otaknya, lembut hatinya, banyak karsanya, namun sakit-sakitan maka ia tidak akan memberikan dampak yang maksimal bagi lingkungannya.

Nilai Inti Pendidikan Karakter

Mendiknas, M. Nuh mengibaratkan nilai-nilai pada pendidikan karakter itu, termasuk yang berada dalam empat dimensi itu -- sebagai sebuah pohon. Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti tersebut terdiri dari empat aspek.

Pertama, jujur. Semua orang tak terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan.

Kedua, cerdas. Sudah terang jujur merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi –maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri.

Ketiga, bisa berteman. Apa artinya jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus bisa berteman.

Keempat, bertanggung jawab. Inilah karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat diandalkan sekaligus membanggakan. Bukankah setiap perbuatan selalu dimintai pertanggungjawabannya?

Tujuan PK

Dalam berbagai kesempatan Mendiknas, M. Nuh menegaskan bahwa pendidikan karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini.

Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesame makhluk Tuhan tidak ada yang lebih unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong menolong.

Kedua, sebagai manusia intelektual yang memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya. Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan warga dunia.

Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity)

Kearifan Lokal untuk Pendidikan Karakter

Disadari atau tidak, sungguh amat banyak nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat yang dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan karakter. Nilai-nilai tradisi ini telah menjadi kearifan lokal yang walaupun berbeda-beda di antara suku-suku bangsa namun memiliki kesamaan yang sangat signifikan. Manakala nilai-nilai tradisional ini hendak disinkronkan dengan pendidikan karakter niscaya sangat sejalan dengan nilai inti dan tujuan pendidikan karakter.

Tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa kita, kepercayaan pada sesuatu yang supranatural menjadi bagian hidup dari kebanyakan suku bangsa. Sebelum Hindu sebagai agama yang pertama kali datang ke Indonesia, suku-suku bangsa di Tanah Air umumnya menganut animisme dan dinamisme. Mereka percaya bahwa di balik alam yang nyata itu ada kekuatan yang mengendalikan hidup mereka dan mereka memujanya. Lewat pemujaan itu mereka berharap kehidupan mereka, sanak familinya dan lingkungannya berjalan dengan baik. Atas dasar kepercayaan yang dianutnya mereka menata harmoni sosial mereka.

Ketika agama-agama masuk mulai dari Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, dan Islam, kepercayaan bangsa Indonesia kepada tuhan semakin berkembang. Sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing, setiap pemeluk agama percaya bahwa hanya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa; sedangkan manusia harus tunduk dan patuh pada titahNya termasuk menghargai sesama dan melestarikan alam sekitar.

Selanjutnya kepercayaan kepada Tuhan itu bukan saja menjadi landasan spiritual serta tuntutan dan tuntunan ritual para pemeluknya, melainkan pula menjadi sumber nilai dan norma sosial seperti kejujuran, tolong menolong, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Seperti dimaklumi, salah satu pilar keimanan adalah percaya bahwa Tuhan maha melihat. Pilar inilah yang membuat pemeluk agama merasa harus selalu jujur. Pilar lainnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Tuhan. Aspek inilah yang mendorong para pemeluk agama selalu mempertimbangkan setiap tindakannya: apakah sejalan dengan ajaran agama ataukah menyimpang. Sedangkan untuk sikap tolong menolong, setiap agama memerintahkannya minimal di anatara pemeluk agamanya masing-masing.

Di samping nilai dan norma yang bersumber dari agama, di tengah masyarakat kita dalam suku-suku bangsa Indonesia juga ada dan masih hidup nilai-nilai dan norma sosial yang bersumber dari adat. Biasanya kearifan lokal yang bersumber dari adat ini berbentuk pepatah petitih yang mengajarkan kebaikan seperti ajakan untuk menambah pengetahuan, dorongan untuk kerja keras, nasihat dalam mengumpulkan kekayaan, unggah ungguh berbahasa, cara menghormati orang lain, hingga ajaran melestarikan alam sekitar.

Secara turun temurun kearifan lokal yang bersumber dari adat istiadat itu, dan bersanding dengan kearifan lokal yang bersumber dari ajaran agama, masih terus diwariskan dan sesungguhnya masih hidup di tengah masyarakat kita. Karena itu, ketika pendidikan karakter didengungkan ulang maka sejatinya kearifan lokal itu dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter. Sebaliknya pendidikan karakter ini merevitalisasi kearifan lokal untuk dimanfaatkan dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena tokoh-tokoh pemangku kearifan lokal ini pada dasarnya masih banyak, dan pada umumnya terdidik, maka sangat terbukalah peluang mereka untuk menyandingkan pendidikan karakter dan kearifan lokal. Bilamana kita mampu menyandingkan dalam arti menunjukkan bahwa pendidikan karakter sejalan dengan nilai tradisi kita sendiri, maka efektivitas pendidikan karakter akan cepat terasa. Semoga.


Oleh: Prof. Ibnu Hamad, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemdikbud

sumber: www.kemdiknas.go.id

Sertifikasi Guru untuk Tambah Pendapatan?


JAKARTA - Sertifikasi guru merupakan sebuah program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) guna meningkatkan kualitas tenaga pendidik di Indonesia. Namun, program ini dinilai belum sesuai tujuan dasar diadakannya program tersebut.

Hal ini disampaikan Anggota Komisi X DPR, Rohmani. Menurutnya, proses pelaksanaan sertifikasi guru belum sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU GD). Dalam UU tersebut dijelaskan, tujuan sertifikasi guru adalah untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Program sertifikasi ini juga bertujuan meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

"Saya melihat dan sering mendapatkan masukan dari berbagai pihak bahwa tujuan sertifikasi guru belum sesuai harapan, yakni mampu melahirkan guru yang profesional," ujar Rohmani seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya, Rabu (16/11/2011).

Rohmani mengungkapkan, program sertifikasi guru saat ini sekadar menambah pendapatan guru melalui sertifikat yang dimilikinya. Tak ayal, para guru yang mengikuti program ini pun hanya berorientasi materi semata. Sedangkan esensi peningkatan kualitas cenderung diabaikan.

"Kesejahteraan guru harus diperhatikan dan semua pihak setuju dengan hal itu. Namun, ketika proses peningkatan kompetensi digabungkan dengan peningkatan kesejahteraan, yang terjadi bias," katanya.

Dia menambahkan, peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru harus ditangani secara terpisah. "Peningkatan kompetensi cenderung diabaikan. Hal ini wajar karena selama ini nasib kesejahteraan guru masih terabaikan. Menurut saya, kedua hal ini harus ditangani dengan cara berbeda," tutur Rohmani.

Melihat hal tersebut, Rohmani meminta pemerintah agar mengevaluasi pelaksanaan sertifikasi guru. Hal ini terkait dengan tujuan yang tertuang dalam UU GD dalam menciptakan guru yang berkualitas dan profesional.(rhs)

Margaret Puspitarini/www.okezone.com

Apa itu NUPTK


Fungsi NUPTK

NUPTK sebagai nomor identitas PTK yang berlaku secara nasional dan menjadi syarat dalam mengikuti berbagai program peningkatan mutu dan kesejahteraan PTK yang di programkan oleh Pemerintah?Kemendiknas sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005

Bagaimana Memiliki NUPTK

PTK dapat memiliki NUPTK dengan mengisi kuisioner NUPTK yang dapat di download disini kemudian ajukan NUPTK dengan melegalisir kuesuioner yang telah diisi dengan stempel sekolah dan tanda tangan kepala sekolah lalu mengirimkan kuesioner ke Dinas Pendidikan Kab/Kota setempat

Apa kaitan LPMP dalam proses pengajuan NUPTK

LPMP melakukan verifikasi dan konsolidasi data di tingkat propinsi dalam bentuk SIM-NUPTK, kemudian mengajukan data ke pusat atau setditjen PMPTK dalam bentuk database SIM_NUPTK

Dimana Proses Penerbitan NUPTK

Proses penerbitan NUPTK adalah di Bagren Setditjen PMPTK. Tim NUPTK Bagren akan mengolah data hasil verifikasi dan konsolidasi dari LPMP untuk kemudian di periksa kembali keunikan data yang dikirim sebelum diterbitkan NUPTK

Bagaimana pendistribusian data NUPTK

NUPTK yang telah diterbitkan oleh Bagren akan di kirim ke LPMP untuk didistribusikan ke Dinas Pendidikan Kab/Kota wilayah masing masing

Dimana melihat hasil pengajuan NUPTK

NUPTK Secara Nasional dapat menggunakan NUPTK Browser. download disini

Bagaimana Melakukan Perbaikan data NUPTK yang di tunda karena tidak rasional

Hubungi Dinas Pendidikan Kab/Kota Setempat dengan membawa bukti otentik seperti Akta Lahir, Ijazah dll untuk mempercepat proses

Bagaimana NUPTK untuk guru yang mutasi

Prinsipnya mutasi seorang PTK tidak menyebabkan NUPTK yang bersangkutan hilang atau berubah. Kemanapun PTK tersebut pindah tugas, maka NUPTK akan tetepa seperti semula. Oleh karena itu untuk guru yang telah mengalami mutasi harus melakukan langkah berikut :

1. Mutasi ke instansi lain yang dalam satu Kabupaten/Kota

  • PTK tersebut harus melapor ke operator SIM-NUPTK

2. Mutasi Ke Instansi Lain berbeda Kabupeten/Kota pada provinsi yang sama atau berbeda

  • PTK yang melapor ke operator SIM-NUPTK pada dinas Pendidikan Kabupaten/Kota asal, meminta cetak profile memalui SIM-NUPTK yang mencantumkan data-data lengkap PTK yang bersangkutan serta nomor NUPTK nya. Jika memungkinkan, PTK tersebut meminta database PTK yang bersangkutan di muat dalam CD.
  • PTK yang bersangkutan melapor kepada operator SIM-NUPTK di Dinas Kabupaten/Kota tujuan mutasi, dengan membawa data-data tersebut dan surat keterangan dari instansi tempat bertugas yang baru.
  • Petugas/Operator NUPTK Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota tujuan melakukan imprt data dari data base yang di bawa PTK yang bersangkutan atau melakukan entri ulang namun harus diisi NUPTK yang bersangkutan pada kolom ”NUPTK Pindahan”.

Komplain NUPTK

Untuk PTK yang memiliki masalah tentang data dapat mengisi formulir komplain yang dapat di download disini dan mengirim formulir komplain yang telah diisi ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.

Pembatalan dan Pengajuan kembali NUPTK

NUPTK dapat dibatalkan jika memenuhi kondisi sebagai berikut:

  • PTK yang bersangkutan sudah tidak aktif lagi sebagai PTK karena sebagai sebab
  • PTK yang bersangkutan memiliki lebih dari satu NUPTK
  • PTK tidak mencantumkan data-data dengan benar, terutama untuk data-data yang sifatnya mandatori (Nama, Tempat Tugas, Riwayat Pendidikan, Tanggal Lahir, Data keluarga).

Pembatalan NUPTK dapat dilakukan atas inisiatif pengelola NUPTK pusat dengan sebab salah satu di atas, atau karena usulan dari operator tingkat Provinsi(LPMP) atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Pengajuan kembali NUPTK dapat dilakukan dengan mengisi form kompalin atau kuesioner dan mengembalikan kepada operator NUPTK dinas setempat.

sumber: http://psdmp.kemdiknas.go.id/

( www.alfalahku.com)

Tuesday, November 8, 2011

Pengurus IGRA Kecamatan Kramatjati

Pengurus IGRA Kecamatan Kramatjati

Ketua: Hj. Hasanah, S.Pd.I.

Wakil Ketua: H. Hasbullah, S.Ag.

Sekretaris: Siti Fatimah, S.Psi.

Bendahara: St. Khodijah, S.Sos.

Seksi Pendidikan: Siti Nursiata, S.Pd.

Seksi Humas: Dra. Rosminah

Seksi Dana Usaha: Lubna AlJufri,S.Pd.I.


Sekretariat:
RA. Al-Bariyyah
Jl. Inpres Rt 003/03 No. 25 Kel. Tengah, Kramatjati, Jakarta Timur
Telp.: 021-8016606 -
www.igra-kramatjati.blogspot.com

Mars IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Athfal )

Mars IGRA

Ikatan Guru Raudhatul Athfal
Membangun dalam citra bangsa
Siapkan jiwa dengan dasar agama
Menuju Ridho Ilahi Robbi


Ikatan Guru Raudhatul Athfal
Maju bersama dengan bangga
Hidupkan negara mendidik membina
Menuju Ridho Illahi Robbi

(2 kali)
Kobarkan semangat Islam nan jaya
Ikhlas beramal serta berdo’a
Kukuhkan keyakinan bersama
Melangkah menuju sejahtera

Cerdaskan anak Indonesia


File MP3nya bisa di download di sini!