Thursday, December 29, 2011

Kurikulum PAUD berdasar Multiple Intelligence

Kurikulum PAUD berdasar Multiple Intelligence


1. KECERDASAN LINGUSITIK

  • Mendengarkan orang tua/teman berbicara
  • Dapat menjadi pembicara dan pendengar yang baik
  • Menirukan kembali 3-4 urutan kata
  • Menyebutkan kata-kata dengan suku awal kata yang sama. Misal: kaki-kaki atau suku kata akhir yang sama, misal: nama-sama, dll
  • Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana
  • Menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana
  • Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya
  • Menunjukkan gerakan-gerakan, misalnya duduk, jongkok, berlari, makan, melompat, menangis, senang, sedih, dll
  • Menyebutkan posisi/keterangan tempat. Misalnya: di luar, di dalam, di atas, di bawah, di depan, di kiri, di kanan, dll.
  • Menyebutkan waktu (pagi, siang, malam)
  • Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri
  • Menceritakan isi buku walaupun tidak sama antara tulisan dan yang diungkapkan
  • Menghubungkan tulisan sederhana dengan symbol yang melambangkannya
  • Menyebutkan bentuk-bentuk benda yang baru dilihatnya
  • Menceritakan informasi tentang sesuatu yang diperoleh dari buku
  • Menceritakan kembali suatu informasi berdasarkan ingatannya
  • Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman ( biji-bijian, umbi-umbian, batang-batangan) balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan ke dalam air: apakah terapung, melayang, tenggelam, benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), percobaan dengan magnit, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, bau dan suara.

2. KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS

  • Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll.
  • Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu.
  • Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman ( biji-bijian, umbi-umbian, batang-batangan) balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan ke dalam air: apakah terapung, melayang, tenggelam, benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), percobaan dengan magnit, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, bau dan suara.
  • Membilang atau menyebut urutan bilangan minimal dari 1-10.
  • Membilang dengan menunjuk benda ( mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5).
  • Menunjukkan urutan benda untuk bilangan sampai 5.
  • Mengenal konsep banyak-serdikit, lebih-kurang, sama-tidak sama.
  • Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 5 ( anak tidak disuruh menulis).
  • Menunjuk 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
  • Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi empat, segitiga).
  • Menyebutkan kembali benda-benda yang menunjukkan bentuk-bentuk geometri.
  • Mengerjakan maze ( mencari jejak) yang sederhana.
  • Menyusun kepingan puzzle menjadi bentuk utuh (4-6 keping).
  • Memasang benda sesuai dengan pasangannya.
  • Membedakan konsep kasar-halus melalui panca indera.
  • Memecahkan masalah sederhana.
  • Menyebutkan konsep depan-belakang-tengah, atas-bawah, luar-dalam, pertana-terakhir-diantara, keluar-masuk, naik-turun, maju-mundur.
  • Membedakan konsep panjang-pendek, jauh-dekat, melalui mengukur dengan satuan tak baku (lankah, jengkal, benang atau tali, dll).
  • Membedakan konsep berat-ringan, gemuk-kurus melalui menimbang benda dengan timbangan buatan dan panca indera.
  • Membedakan konsep penuh-kosong melalui mengisi wadah dengan air, pasir biji-bijian, beras, dll.
  • Membedakan konsep tinngi ke rendah.
  • Membedakan konsep besar kecil.
  • Membedakan konsep cepat-lambat.
  • Membedakan waktu (pagi, siang, malam).
  • Menyebutkan nama-nama hari dalam satu minggu, bulan an tahun.
  • Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2 pola yang berurutan. Misalnya merah, putih, merah, putih, merah,…..

3. KECERDASAN VISUAL SPASIAL

  • Membuat berbagai macam coretan
  • Membuat gambar dan coretan (tulisan) tentang cerita mengenai gambar yang di buatnya
  • Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri
  • Membaca gambar yang memiliki kata/ kalimat
  • Menghubungkan tulisan sederhana dengan simbul yang melambangkannya
  • Menggambar bebas dengan berbagai media (pensil warna, krayon, arang dll) Menggambar bebas dari bentuk lingkaran dan segiempat, menggabar orang dengan lengkap dan sederhana (belum proposional) stempel/mencetak dengan berbagai media (pelepah pisang, batang pepayah, karet busa,dll.)

  • Mewarnai bentuk-bentuk geometri dengan ukuran besar
  • Mewarnai bentuk gambar sederhana
  • Mencipta 2 bentuk dari kepingan bentuk geometri
  • Mencipta bentuk lidi
  • Membatik dan jumputan sederhana
  • Bermain warna dengan berbagai media.Misalnya: Krayon,cat air,dll
  • Melukis dengan jari ( Finger Painting )

4. KECERDASAN MUSIK

  • Menyanyikan lagu-lagu keagamaan yang sederhana
  • Membuat bunyi-bunyi dengan berbagai alat
  • Menciptakan alat perkusi sederhana (misalnya membuat krincingan dari tutup botol)
  • Bertepuk tangan dengan 2 pola untuk membuat irama
  • Menggerakakkan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama musik/ritmik
  • Mengekspresikan diri secara bebas sesuai irama music
  • Menyanyikan lagu secara lengkap
  • Menyanyikan beberapa lagu anak
  • Mencipta mengarang syair lagu
  • Bermain dengan berbagai alat musik perkusi sederhana
  • Mengucapkan syair dari beberapa lagu

5. KECERDASAN KINESTETIK

  • Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, playdough/tanah liat
  • Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran
  • Meniru melipat kertas sederhana (1-6 lipatan)
  • Menjahit jelujur 10 lobang dengan tali sepatu
  • Menggunting bebas
  • Merobek bebas
  • Meronce dengan manic-manik
  • Berjalan ke berbagai cara, isalnya: berjalan maju di atas garis lurus, berjalan di atas papa titian, berjalan ke depan dengan tumit, berjalan ke depan dengan jinjit (angkat tumit), berjalan mendur
  • Melopat ke berbagai arah dega satu atau dua kaki
  • Memanjat,bergantung, dan berayun
  • Berdiri dengan tumit, berjalan di atas stu kaki dengan seimbang
  • Berlari kemudian melompat dengan seimbang tanpa jatuh
  • Berlari dengan berbagai variasi
  • Merangkak dengan berbagai variasi
  • Melakukan gerak keseimbangan pada saatduduk dan berdiri
  • Memutar dan mengayunkan lengan
  • Menarik dan mendorog benda
  • Membungkukkan tubuh
  • Membungkukan badan
  • Melambungkan dan menangkap objek (bola besar,kantong biji, dll)
  • Menangkap dan melempar objek (bola besar,kantong biji, dll)
  • Memantulkan objek (bola besar,kantong biji, dll) diam ditempat
  • Memantulkan objek (bola besar,kantong biji, dll) sambil berjalan/ bergerak
  • Mencocok dengan pola bantuan guru

6. KECERDASAN INTERPERSONAL

  • Bersikap ramah
  • Meminta tolong dengan baik, mengucapkan salam
  • Berterima kasih jika memperoleh sesuatu
  • Berbahasa sopan dalam berbicara
  • Mau menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah
  • Mau mengalah
  • Mau berbagi miliknya dengan misalnya makanan, mainan, dll
  • Meminjamkan miliknya dengan senang hati
  • Sabar menunggu giliran
  • Dapat atau suka menolong

7. KECERDASAN INTRAPERSONAL

  • Tidak mengganggu teman
  • Mampu mengerjakan tugas sendiri
  • Menunjukkan kebanggan terhadap hasil karjanya
  • Menggunakan barang orang lain dengan hati-hati
  • Membersihkan diri sendiri dengan bantuan, misalnya: menggosok gigi, mandi, buang air, dll
  • Membantu membersihkan lingkungannya
  • Berhenti bermain pada waktunya
  • Dapat dibujuk
  • Tidak cengeng
  • Mematuhi perintah secara sederhana
  • Dapat dibujuk agar tidak cengeng lagi dan berhenti menangis pada waktunya
  • Mengenal dengan baik jenis permainan yang dipilih sendiri dan menghindari benda-benda berbahaya
  • Mengetahui barang-barang milik sendiri dan milik orang lain
  • Mengembalikan alat permainan pada tempatnya
  • Melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah
  • Mengikuti aturan permainan
  • Melaksanakan tugas yang diberikan guru
  • Mengenal dan menjaga barang milik sendiri
  • Dapat memasang kancing atau resleting sendiri
  • Memasang dan membuka tas sepatu
  • Mampu makan sendiri
  • Membuang sampah pada tempatnya
  • Berani pergi dan pulang sendiri
  • Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan. Misal: makan, mandi, menyisir rambut, mencuci, menggosok/membersihkan sepatu, dan mengikat tali sepatu
  • 4.NATURAL
  • Menyiram tanaman, member makan binatang
  • Membantu membersihkan lingkungannya
  • Membuang sampah pada tempatnya

8. KECERDASAN NATURAL

  • Menyiram tanaman, memberi makan binatang
  • Membantu membersihkan lingkungannya
  • Membuang sampah pada tempatnya

9. KECERDASAN SPIRITUAL

  • Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan
  • Menyanyikan lagu-lagu keagamaan
  • Menirukan gerakan ibadah secara sederhana
  • Menyebutkan waktu beribadah
  • Menyebutkan ciptaan-ciptaan Tuhan. Misal: manusia, bumi, langit, tanaman, hewan

Sunday, November 20, 2011

Arti Pendidikan Karakter


Seperti terminologi lainnya, tidak ada defenisi tunggal untuk pendidikan karakter. Secara etimologis, karakter berarti watak atau tabiat. Ada juga yang menyamakannya dengan kebiasaan. Selain itu ada yang mengaitkannya dengan keyakinan. Bahkan disamakan dengan akhlak.

Dari pengertian ini, yang jelas karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Karenanya, menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku.

Lalu dimanakah letak karakter dalam diri seseorang? Inipun sulit dijawab. Namun ada “hukum” yang menarik terkait karakter. Kira-kira begini bunyinya: pikiran menghasilkan ucapan; ucapan mempengaruhi tindakan; tindakan menghasilkan kebiasaan; kebiasaan membentuk karakter; karakter menentukan nasib.

Ternyata, hal yang paling mendasar dalam pembentukan karakter itu tiada lain adalah pikiran. Maklumlah, dalam pikiran itulah semua tindakan manusia itu diprogram. Bermula dari pikiran itulah, baik buruknya tindakan manusia berasal. Bilamana pikirannya positif, maka tindakannya positif dan sebaliknya.

Oleh sebab itu, pikiran harus mendapatkan asupan yang baik agar menghasilkan asupan yang baik agar menghasilkan tindakan yang baik. Dalam konteks inilah pendidikan karakter sangat penting guna memberikan asupan yang baik itu. Kenyataannya, secara intrinsik yang namanya pendidikan bertujuan memberikan pikiran-pikiran positif. Jadi kloplah pasangan kata pendidikan dan karakter ini.

Empat Dimensi Pendidikan Karakter

Mencermati konsep dasar pendidikan, karakter yang dikembangkan Kemdiknas, tampaklah di sana empat dimensinya. Empat dimensi pendidikan karakter meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga, dan oleh karsa.

Yang patut dicatat dalam empat dimensi ini adalah keterkaitan di antara mereka satu sama lain dilambangkan dengan empat lingkaran yang saling mengikat. Maknanya, karakter seorang individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi itu tumbuh dan berkembang dalam diri yang bersangkutan.

Tidak sempurna pribadi seseorang jika hanya pintar saja (olah otak). Apa artinya jika kepandaian jika tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, kemanusiaan, dan kesosialan serta kewargaan. Karena itu perlu olah hati.

Tentu saja, selain otak dan hatinya perlu berkembang, manusia juga perlu berkembang raga dan karsanya. Hal demikian agar ia dapat hadir di lingkungan sosialnya. Otak yang pintar dan hati yang lembut, belum sepenuhnya berguna jika belum memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya.

Sedangkan olah raga, diperlukan agar seseorang memiliki keterjagaan fisik. Dengan sehat secara fisik, maka ketiga potensi sebelumnya, otak, hati, dan rasa, dapat dimanfaatkan secara optimal. Bayangkan, jika seseorang yang pintar otaknya, lembut hatinya, banyak karsanya, namun sakit-sakitan maka ia tidak akan memberikan dampak yang maksimal bagi lingkungannya.

Nilai Inti Pendidikan Karakter

Mendiknas, M. Nuh mengibaratkan nilai-nilai pada pendidikan karakter itu, termasuk yang berada dalam empat dimensi itu -- sebagai sebuah pohon. Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti tersebut terdiri dari empat aspek.

Pertama, jujur. Semua orang tak terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan.

Kedua, cerdas. Sudah terang jujur merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi –maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri.

Ketiga, bisa berteman. Apa artinya jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus bisa berteman.

Keempat, bertanggung jawab. Inilah karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat diandalkan sekaligus membanggakan. Bukankah setiap perbuatan selalu dimintai pertanggungjawabannya?

Tujuan PK

Dalam berbagai kesempatan Mendiknas, M. Nuh menegaskan bahwa pendidikan karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini.

Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesame makhluk Tuhan tidak ada yang lebih unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong menolong.

Kedua, sebagai manusia intelektual yang memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya. Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan warga dunia.

Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity)

Kearifan Lokal untuk Pendidikan Karakter

Disadari atau tidak, sungguh amat banyak nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat yang dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan karakter. Nilai-nilai tradisi ini telah menjadi kearifan lokal yang walaupun berbeda-beda di antara suku-suku bangsa namun memiliki kesamaan yang sangat signifikan. Manakala nilai-nilai tradisional ini hendak disinkronkan dengan pendidikan karakter niscaya sangat sejalan dengan nilai inti dan tujuan pendidikan karakter.

Tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa kita, kepercayaan pada sesuatu yang supranatural menjadi bagian hidup dari kebanyakan suku bangsa. Sebelum Hindu sebagai agama yang pertama kali datang ke Indonesia, suku-suku bangsa di Tanah Air umumnya menganut animisme dan dinamisme. Mereka percaya bahwa di balik alam yang nyata itu ada kekuatan yang mengendalikan hidup mereka dan mereka memujanya. Lewat pemujaan itu mereka berharap kehidupan mereka, sanak familinya dan lingkungannya berjalan dengan baik. Atas dasar kepercayaan yang dianutnya mereka menata harmoni sosial mereka.

Ketika agama-agama masuk mulai dari Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, dan Islam, kepercayaan bangsa Indonesia kepada tuhan semakin berkembang. Sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing, setiap pemeluk agama percaya bahwa hanya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa; sedangkan manusia harus tunduk dan patuh pada titahNya termasuk menghargai sesama dan melestarikan alam sekitar.

Selanjutnya kepercayaan kepada Tuhan itu bukan saja menjadi landasan spiritual serta tuntutan dan tuntunan ritual para pemeluknya, melainkan pula menjadi sumber nilai dan norma sosial seperti kejujuran, tolong menolong, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Seperti dimaklumi, salah satu pilar keimanan adalah percaya bahwa Tuhan maha melihat. Pilar inilah yang membuat pemeluk agama merasa harus selalu jujur. Pilar lainnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Tuhan. Aspek inilah yang mendorong para pemeluk agama selalu mempertimbangkan setiap tindakannya: apakah sejalan dengan ajaran agama ataukah menyimpang. Sedangkan untuk sikap tolong menolong, setiap agama memerintahkannya minimal di anatara pemeluk agamanya masing-masing.

Di samping nilai dan norma yang bersumber dari agama, di tengah masyarakat kita dalam suku-suku bangsa Indonesia juga ada dan masih hidup nilai-nilai dan norma sosial yang bersumber dari adat. Biasanya kearifan lokal yang bersumber dari adat ini berbentuk pepatah petitih yang mengajarkan kebaikan seperti ajakan untuk menambah pengetahuan, dorongan untuk kerja keras, nasihat dalam mengumpulkan kekayaan, unggah ungguh berbahasa, cara menghormati orang lain, hingga ajaran melestarikan alam sekitar.

Secara turun temurun kearifan lokal yang bersumber dari adat istiadat itu, dan bersanding dengan kearifan lokal yang bersumber dari ajaran agama, masih terus diwariskan dan sesungguhnya masih hidup di tengah masyarakat kita. Karena itu, ketika pendidikan karakter didengungkan ulang maka sejatinya kearifan lokal itu dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter. Sebaliknya pendidikan karakter ini merevitalisasi kearifan lokal untuk dimanfaatkan dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena tokoh-tokoh pemangku kearifan lokal ini pada dasarnya masih banyak, dan pada umumnya terdidik, maka sangat terbukalah peluang mereka untuk menyandingkan pendidikan karakter dan kearifan lokal. Bilamana kita mampu menyandingkan dalam arti menunjukkan bahwa pendidikan karakter sejalan dengan nilai tradisi kita sendiri, maka efektivitas pendidikan karakter akan cepat terasa. Semoga.


Oleh: Prof. Ibnu Hamad, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemdikbud

sumber: www.kemdiknas.go.id